Selasa, 18 Oktober 2016

Review: Moebius


Tahun rilis: 2013
Sutradara: Kim Ki-duk
Bintang: Cho Jae-hyun, Seo Young-joo, Lee Eun-woo
My rate: 3.5/5


Seorang wanita, yang memergoki suaminya berselingkuh, hendak balas dendam dengan memotong kemaluan sang suami. Saat gagal, dia melakukannya pada putranya, lalu menelan potongannya. Menambah keabsurdan adegan ala berita kriminal di koran kuning ini, semua adegan itu dibuat tanpa dialog sama sekali. Tentu saja, adegan pembuka ini adalah sesuatu yang bisa Anda bayangkan dari sutradara senyentrik Kim Ki-Duk, dan menakjubkan bahwa dia bisa menciptakan film yang begitu tak nyaman dilihat sekaligus menarik untuk ditonton dari awal sampai akhir nyaris tanpa dialog.

Senin, 10 Oktober 2016

Review: Blue is the Warmest Color


Tahun rilis: 2013
Sutradara: Abdellatif Kechiche
Bintang: Adèle Exarchopoulos, Léa Seydoux, Salim Kechiouche, Jérémie Laheurte, Mona Walravens
My rate: 5/5

Pendapat saya secara singkat tentang Blue is the Warmest Color: ini adalah film berdurasi nyaris 3 jam yang dengan senang hati saya tonton berulang-ulang tanpa skip atau fast forward. Sekilas kelihatannya seperti drama biasa bertema tumbuh dewasa dan mencari cinta, dengan karakter utama lesbian. Akan tetapi, film yang disorot dengan sangat bersahaja ini menyimpan letupan-letupan emosi, hasrat, harapan dan sentimentalisme, yang tak diwujudkan secara hiperbolis namun terasa menggelegak di bawah permukaan. Lagipula, ini kisah tentang menjadi dewasa, dan tak ada yang bisa ditebak ketika seseorang berada di periode itu dalam hidupnya. 

Minggu, 09 Oktober 2016

Taxidermia


Tahun rilis: 2006
Sutradara: György Pálfi
Bintang: Csaba Czene, Gergely Trócsányi, Piroska Molnár, Adél Stanczel
My rate: 3/5

Kalau saja Mariya Ivancheva tidak menulis analisis yang begitu cemerlang tentang kaitan antara Taxidermia, museum House of Terror di Budapest, dan periode transisi sejarah Hungaria pasca Perang Dunia kedua, mungkin saya hanya bisa menganga keheranan dan mengernyit jijik menonton film kolaborasi Hungaria-Austria garapan György Pálfi ini. Label "satir" sepertinya menjadi senjata Pálfi untuk menyelipkan sebanyak mungkin adegan serba absurd, menjijikkan, dan in-your-face, sebagai simbolisme. Lebih lanjut, film ini memotret kehidupan tiga generasi keluarga dari tiga periode sejarah Hungaria: pasca Perang Dunia II, rezim komunis, dan era modern.

Jumat, 07 Oktober 2016

Breakfast on Pluto


Tahun rilis: 2005
Sutradara: Neil Jordan
Bintang: Cillian Murphy, Ruth Negga, Liam Neeson, Stephen Rea, Brendan Gleeson
My rate: 3.5/5

Film yang berkisah tentang karakter yang kerap dianggap tidak konvensional di masyarakat, terbuang sejak kecil dan berjuang mencari jati dirinya bukan sesuatu yang baru, sehingga menemukan judul yang benar-benar membuat waktu menonton kita tak terbuang sia-sia bisa susah-susah gampang. Breakfast on Pluto adalah salah satu yang, walaupun dari segi kisah tak terlalu istimewa, namun mampu memikat dengan visual meriah dan berwarna-warni yang membuat penonton bisa jadi tak sadar bahwa mereka sedang menyaksikan kisah tentang sosok yang cukup tragis. 

Selasa, 04 Oktober 2016

Review: Wake Wood


Tahun rilis: 2010
Sutradara: David Keating
Bintang: Aidan Gillen, Timothy Spell, Eva Birthistle, Ella Connolly
My rate: 3.5/5

Film-film horor yang menampilkan kengerian di pemukiman rural seperti Wicker Man (versi 1973, tentu), We Are Still Here dan Don't Look Now dengan sukses membidik ketakutan kita terhadap horor tak terduga di balik ketenangan dan keindahan alam pedesaan serta penduduk yang cenderung dianggap "lebih ramah" dari penduduk kota. Sebelum Hammer Film merilis The Quiet Ones yang relatif populer di kalangan pecinta film found footage, ada Wake Wood, film horor atmosferik yang walaupun relatif lebih jarang dikenal, namun lumayan efektif menggabungkan horor supernatural, audio visual brutal, dan tema keluarga yang mengharukan.

One on One


Tahun rilis: 2014
Sutradara: Kim Ki-Duk
Bintang: Ma Dong-Seok, Lee Yi-Kyung, King Young-Ming, Jo Dong-In
My rate: 2/5


Saya punya harapan besar ketika pertama kali membaca sinopsis singkat film terbaru Kim Ki-Duk, One on One. Kim Ki-Duk, yang dikenal sebagai "provokator" serta jagoan membuat penonton Barat maupun Timur merasa tak nyaman sekaligus tergugah lewat karya-karya seperti Moebius, Pieta, Beautiful, The Isle, Spring, Summer, Autumn, Winter dan Samaria, mengeksplorasi berbagai tema dan simbolisme yang menohok dalam cara bertutur yang tak konvensional. Ekspektasi saya pun melonjak tinggi ketika mendengar rencana Kim Ki-Duk menggarap thriller balas dendam, One on One, yang tidak memberi banyak informasi plot kecuali bahwa "sekelompok pembunuh yang menghabisi seorang gadis remaja gantian diburu oleh kelompok teroris misterius."

Sayangnya, seperti pepatah the higher you fly, the harder you fall, film ini membuat ekspektasi saya yang sudah melambung tinggi bukan lagi menurun, melainkan terbanting dan diinjak-injak dengan sadis.