Sabtu, 29 Desember 2018

Review: Nobody Knows


Tahun rilis: 2004
Sutradara: Hirokazu Kore-eda
Bintang: Yūya Yagira, Ayu Kitaura, Hiei Kimura, Momoko Shimizu, You, Hanae Kan
My rate: 5/5

Jika ditanya siapa sutradara Jepang paling legendaris, kebanyakan orang akan spontan menyebut Akira Kurosawa. Tetapi, jika ditanya siapa sutradara Jepang legendaris yang masih hidup, saya akan dengan cepat menyebut Hirokazu Kore-eda. Master dalam menganyam potret adegan kecil kehidupan untuk menceritakan narasi besar secara puitis, Kore-eda mampu menjadikan film bertema serius bahkan tragis menjadi tontonan yang indah dan membius, tanpa memanipulasi emosi. Bahkan jika tema film tersebut adalah "anak-anak yang diabaikan oleh ibu mereka".

Selasa, 13 November 2018

Review: The Last Executioner


Tahun rilis: 2014
Sutradara: Tom Waller
Bintang: Vithaya Pansringarm, David Asavanond, Penpak Sirikul, Thira Chutikul, Nirut Sirichanya
My rate: 3/5

Perdebatan tentang hukuman mati merupakan sesuatu yang tak ada habisnya, tetapi ada satu aspek dari hal tersebut yang mungkin jarang terpikirkan: bagaimana rasanya menjadi algojo? Pelaku eksekusi adalah karakter yang unik dalam sejarah peradaban kita; sifat pekerjaan mereka menjadikan sosok-sosok ini sebagai orang-orang yang "dikagumi" (dalam artian gelap) sekaligus dijauhi. Implikasi psikologis dari membunuh orang sebagai bagian dari sistem legal juga merupakan sesuatu yang menarik untuk dijelajahi. Kompleksitas inilah yang coba dijelajahi oleh Tom Waller dalam The Last Executioner, film tentang petugas eksekusi terakhir Thailand, yang diangkat dari memoar berjudul sama.

Senin, 03 September 2018

Review: Kinky Boots


Tahun rilis: 2005
Sutradara: Julian Jarrold
Bintang: Joel Edgerton, Chiwetel Ejiofor, Sarah-Jane Potts, Nick Frost, Jemima Rooper, Robert Pugh
My rate: 3/5


Stereotip masyarakat Inggris yang serba kaku dan cenderung tidak tahu apa-apa di luar dunia kecil mereka sendiri kerap menjadi bahan komedi, begitu mudahnya sampai-sampai saya bisa dengan cepat menebak apa inti dari Kinky Boots bahkan saat filmnya baru mulai: kekakuan masyarakat konservatif + sesuatu yang dipandang nyentrik atau tidak konvensional = komedi. Untungnya, di luar jalan cerita yang sepintas formulaik, film ini masih menyajikan kesenangan dari kisah yang cukup menarik, adegan komedik khas Inggris yang tidak berlebihan, serta, tentu saja, penampilan Chiwetel Ejiofor yang mencuri semua perhatian.

Kamis, 23 Agustus 2018

Review: A Prophet


Tahun rilis: 2009
Sutradara: Jacques Audiard
Bintang: Tahar Rahim, Niels Arestrup, Adel Bencheriff, Reda Kateb, Jean-Philippe Ricci
My rate: 4/5

Kata "Paris" mungkin membangkitkan citra serupa di benak banyak orang: Menara Eiffel, musik akordeon, kafe-kafe pinggir jalan, dan roti baguette. Padahal, bagi banyak orang lainnya, Paris mungkin pesing, dingin, tidak ramah pejalan kaki, dan segudang citra lainnya yang jelas tidak akan berakhir sebagai ilustrasi manis di sampul jurnal perjalanan imut-imut. Dan tentu saja, Paris punya arti berbeda bagi para narapidana imigran di dalam sistem penjaranya, walau beberapa di antaranya mungkin justru berhasil memahat kehidupan di mana mereka bisa "berkuasa", terutama di tempat di mana segalanya yang disisihkan masyarakat disingkirkan. A Prophet adalah cerminan hal itu; keras, realis, memukau tanpa menggurui, dan mungkin akan membuat Anda mau tidak mau malah mengagumi sosok di balik label "sampah masyarakat". 

Senin, 11 Juni 2018

Review: Farewell My Concubine


Tahun rilis: 1993
Sutradara: Chen Kaige
Bintang: Leslie Cheung, Zhang Fengyi, Gong Li
My rate: 5/5


Farewell My Concubine mungkin mengisahkan tentang lika-liku kehidupan aktor Opera Peking, lengkap dengan sedikit bumbu cinta segi tiga (kalau mau dibilang begitu), tetapi tema yang terasa familiar ini dibingkai oleh kisah yang lebih besar, yaitu masa-masa paling bergejolak dalam sejarah Cina modern. Lewat sudut pandang Dieyi dan Xiaolou, dua bintang Opera Peking dengan sifat yang saling bertolak belakang, Farewell My Concubine mengambil frase "kehidupan menyerupai seni" (life mimics art) dan menuangkan kisah dua sahabat ini ke dalam film yang mengaburkan batas antara kisah di atas panggung dan kehidupan nyata.

Minggu, 29 April 2018

Review: Loveless


Tahun rilis: 2017
Sutradara: Andrey Zvyagintsev
Bintang: Maryana Spivak, Aleksey Rozin, Matvey Novikov, Marina Vasilyeva
My rate: 4/5

Jika saya harus menempelkan satu kata sifat ke film-filmnya Andrey Zvyagintsev, mungkin itu adalah "suram". Bukan hanya karena flm-filmnya memelintir adegan kehidupan domestik menjadi kritik sosial tersamar terhadap iklim negaranya, tetapi juga karena berbagai gradasi abu-abu yang sepertinya menjadi salah satu tone warna favoritnya. Loveless juga tidak berbeda, walau Zvyagintsev memutuskan untuk meningkatkan intensitas dalam film ini dengan mencomot tema yang menohok: pengabaian anak yang berbuntut pada hilangnya dirinya secara misterius.

Minggu, 25 Februari 2018

Review: The Bacchus Lady



Tahun rilis: 2016
Sutradara: E J-yong
Bintang: Youn Yuh-jung, Chon Moo-song, Yoon Kye-sang, Park Seung-tae, An A-zu, Choi Hyun-jun
My rate: 4/5


Penikmat budaya populer menikmati wajah Korea Selatan lewat kota-kota yang "memadukan tradisi dengan modernitas", atau figur-figur tampan dan cantik serta populer. Tetapi, siapa pun yang sedikit mengulik di balik kegemilangan imaji tersebut pasti bertanya-tanya: bagaimana jika kau adalah wanita lanjut usia yang tidak punya banyak uang dan kesempatan, tetapi harus berjuang untuk tidak tenggelam oleh ombak modernisasi, padahal hidup tidak berhenti berjalan ketika kau menua? The Bacchus Lady adalah film berbujet rendah yang secara apik menyodorkan tema ironis: realitas muram bagi kaum lanjut usia di Korea Selatan, golongan yang justru banyak berperan dalam menciptakan status "negara maju" di negeri tersebut.